Saturday, 3 March 2012

Agent Penyebab Penyakit Malaria

Malaria adalah penyakit tular vektor. Program pemberantasan penyakit malaria tergolong komplek karena terkait dengan aspek penyebab penyakit yaitu parasit, lingkungan baik fisik maupun biologis dan nyamuk sebagai vektor penular. Karena itu untuk tercapainya target eliminasi malaria maka program pemberantasan penyakit malaria harus dilaksanakan secara bersama dengan para mitra terkait dan menjadi bagian integral dari pembangunan nasional.

Dari aspek penyebab penyakit, ketepatan untuk menentukan jenis parasit (spesies Plasmodium) yang menginfeksi menjadi sangat penting. Hal ini karena berkaitan dengan jenis pengobatan yang akan dilakukan agar tidak terjadi resistensi terhadap obat. Gold standart untuk menentukan jenis Plasmodium adalah dengan pemeriksaan hapusan darah tetes tebal/tipis menggunakan mikroskop. Dalam hal ini peran seorang mikroskopis menjadi penentu. Seorang mikroskopis minimal harus mengetahui siklus hidup Plasmodium, jenis spesies yang menginfeksi, dan cara pembuatan sediaan darah yang baik. 

Berikut ini ulasan singkat mengenai jenis spesies Plasmodium yang bisa menyebabkan penyakit malaria, siklus hidup Plasmodium, dan cara pembuatan sediaan darah yang baik. 
1. Spesies Plasmodium Penyebab Penyakit Malaria 
    Sebagaimana diketahui penyakit malaria disebabkan oleh infeksi salah satu dari empat spesies utama dari Genus Plasmodium yaitu P. falciparum, P. vivax, P. ovale atau P. malariae2. Plasmodium falciparum adalah penyebab Malaria tropika yang dapat menyebabkan malaria yang berat/malaria otak yang fatal. Plasmodium vivax menyebabkan malaria yang dikenal dengan istilah Malaria tertiana dimana gejala serangannya timbul berselang setiap tiga hari. Malaria quartana disebabkan oleh Plasmodium malariae. Sedangkan Plasmodium ovale adalah spesies yang jarang ditemukan di wilayah Indonesia. Spesies ini banyak ditemukan di Afrika dan Pasifik Barat. 
2. Siklus Hidup Parasit Malaria 
    Manusia dapat terinfeksi parasit malaria apabila digigit oleh nyamuk betina yang dalam kelenjar liurnya terkandung sporozoit Plasmodium. Selanjutnya sporozoit akan masuk ke sel parenchim hati untuk berkembang biak secara aseksual yang disebut siklus pre-eritrositik. Lamanya siklus ini bervariasi tergantung dari spesiesnya. Schizont akan pecah menjadi ribuan merozoit yang sebagian akan menempel pada reseptor spesifik pada sel darah merah sehingga disebut siklus eritrositik. Bentuk stadium paling awal yang dapat ditemukan pada sediaan darah adalah bentuk cincin (ring form) atau bentuk tropozoit muda. Pada sediaan darah dengan pewarnaan giemsa terlihat seperti cincin dengan sitoplasma berwarna biru dan inti (nucleus) berwarna merah. Kemudian tropozoit muda akan membesar berbentuk amuboid atau seperti pita. Inti akan membelah dan terbentuk schizont. Pembelahan inti berurutan terjadi. Merozoit yang terbentuk akan memecah eritrosit dan melekat pada eritrosit yang tidak berparasit. Sebagian kecil merozoit yang masuk ke dalam sel darah merah akan berkembang menjadi gametosit jantan dan betina. Gametosit ini tidak memecah eritrosit tetapi tertelan oleh nyamuk pada saat nyamuk menggigit manusia yang terinfeksi Plasmodium. Selanjutnya dalam lambung nyamuk, parasit malaria akan mengalami perubahan stadium dan dikenal sebagai siklus sporogoni. Mikrogamet dan makrogamet akan mengalami perkembangbiakan secara seksual dalam tubuh nyamuk dan menghasilkan zigot. Kemudian zigot akan berkembang menjadi ookinet yang selanjutnya menjadi ookista. Ookista akan berkembang dan akhirnya pecah menjadi sporozoit. Sporozoit dalam kelenjar ludah nyamuk ini telah siap untuk ditularkan ke manusia sehat melalui gigitannya. Berikut ini adalah siklus hidup parasit malaria dalam tubuh nyamuk (seksual) dan manusia (aseksual). 

Siklus Hidup Plasmodium dalam tubuh nyamuk dan manusia


3. Pembuatan Sediaan Darah 
    Mutu sediaan darah dan pewarnaannya sangat menentukan ketepatan diagnosa. Oleh karena itu pengetahuan tentang cara pembuatan sediaan darah dan pewarnaannya tidak dapat dikesampingkan. Hal ini termasuk pemilihan kaca sediaan (obyek glass), proses pengecatan/ pewarnaan sediaan dan kualitas cat Giemsa yang digunakan. 
    Untuk pembuatan sediaan darah malaria diperlukan obyek glass yang bersih tidak berdebu, tidak berlemak atau mengandung alkohol, jernih/tidak kusam atau bergores, dan ketebalan antara 1,1-1,3 mm3. Langkah-langkah pembuatan sediaan darah malaria dan pewarnaan dengan menggunakan cat Giemsa adalah sebagai berikut: 
a.Siapkan peralatan yang dibutuhkan yaitu obyek glass yang siap pakai, lancet steril, kapas, alkohol 70%, dan catatan/buku. 
b.Ambil kaca sediaan yang telah disiapkan tanpa menyentuh bagian permukaan. 
c.Pegang jari manis/tengah pasien, bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol. 
d.Tusuk ujung jari agak dipinggir dengan cepat, jari jangan terlalu basah karena alkohol. Untuk bayi berusia kurang dari 6 bulan dapat diambil dari bagian tumit kaki, dan pada bayi berusia 6-12 bulan dapat ditusuk pada bagian ujung jempol kaki. 
e.Tetes darah pertama dilap dengan kapas kering 
f.Tetes darah selanjutnya yang digunakan untuk sediaan. Banyaknya sediaan dan ketebalan sediaan yang dibuat tergantung kebutuhan. Untuk Passive Case Detection, dibuat 1 sediaan tetes tebal pada 1 obyek glass, sedangkan untuk Active Case Detection dibuat 2 sediaan tetes tebal pada 1 obyek glass. Namun jika menghendaki tetes tebal dan tipis pada 1 obyek glass maka dari tetes kedua diambil untuk membuat tetes tebal kemudian tetes ketiga dan keempat diambil untuk membuat hapusan darah. 
g.Letakkan obyek glass (sediaan darah yang masih basah) pada tempat yang datar, ditunggu sampai kering kemudian baru dapat dilakukan pengecatan, jangan lupa diberi kode/etiket. 
h.Ada beberapa teknik pengecatan yang digunakan. Salah satunya adalah teknik pengecatan untuk kegiatan Passive Case Detection, formula cat yang digunakan adalah cat Giemsa 10% dengan lama pengecatan 15-20 menit. Untuk kegiatan Active Case Detection menggunakan cat Giemsa 5% dengan lama pengecatan 45-60 menit. Larutan Giemsa kerja ini harus selalu dibuat baru dengan mengencerkan larutan Giemsa stok menggunakan buffer. Sediaan tetes tebal tidak perlu difiksasi sedangkan tetes tipis dapat difiksasi dengan metanol selama 1-2 menit sebelum dilakukan pengecatan dengan cat Giemsa. Cat Giemsa harus menutupi seluruh permukaan sediaan darah. Guyur sediaan dengan air mengalir pada akhir pengecatan untuk menghilangkan endapan zat warna. Biarkan sediaan kering di udara sebelum dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop. 

4.  Gambaran Stadium Parasit Malaria pada Sediaan Darah 
     Bentuk stadium parasit malaria pada sediaan darah antara spesies satu dengan spesies Plasmodium yang lain ada yang susah dibedakan karena kemiripannya, namun ada pula yang berbentuk spesifik sehingga mudahk untuk menentukan jenis spesiesnya. Stadium tropozoit adalah stadium terpanjang dalam satu siklus kehidupan parasit sehingga bentuk ini mudah ditemukan pada hampir semua sediaan darah yang positif malaria. Tropozoit bentuk cincin (ring form) dapat ditemukan pada semua spesies namun tidak dapat dibedakan jenis (spesiesnya). Apabila ditemukan tropozoit bentuk cincin, perlu dicari stadium yang lain dari parasit untuk menentukan spesiesnya. Bentuk amuboid hanya ditemukan pada Plasmodium vivax, sehingga bentuk ini dipakai sebagai ciri khas untuk menentukan tropozoit Plasmodium vivax. Bentuk/stadium parasit yang kemungkinan dapat ditemukan pada sediaan darah adalah stadium schizont. Stadium ini jarang ditemukan pada sediaan darah karena masa sporulasi pada siklus kehidupan parasit sangat pendek. Bentuk schizont dapat ditemukan pada sediaan darah apabila pengambilan sampel darah dilakukan pada jam sebelum atau setelah sporulasi (menggigil). Namun pada umumnya penderita tidak mampu pergi ke unit kesehatan pada kondisi klinis yang berat. Gametosit Plasmodium falciparum sangat khas yakni berbentuk seperti buah pisang. Bentuk ini sangat spesifik sehingga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa. Gametosit P. vivax dan P. malariae kurang dapat dibedakan, demikian juga dengan stadium tropozoit dewasa pra-schizont. Apabila sediaan darah positif stadium gametosit, hal ini mengindikasikan bahwa pasien terlambat ditemukan. Stadium gametosit dapat ditemukan pada darah tepi paling cepat 1 minggu sampai 10 hari setelah demam pertama. Berikut gambaran bentuk Plasmodium pada sediaan darah. 
(Indaryati) 

 Morfologi Stadium Plasmodium pada Sediaan Tetes Tipis

0 comments:

Post a Comment