This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Wednesday 21 March 2012

STATISTIK SPASIAL

APA YANG DIMAKSUD STATISTIK SPASIAL?
Statistik Spasial adalah segala teknik analisis untuk mengukur distribusi suatu kejadian berdasarkan keruangan (Scott & Warmerdam, 2006). Keruangan yang dimaksud disini adalah variabel yang ada di permukaan bumi seperti kondisi topografi, vegetasi, perairan, dll. Berbeda dengan statistik non-spasial yang tidak memasukkan unsur keruangan dalam analisisnya.  

Dalam pengukuran distribusi suatu kejadian berdasarkan keruangan dibedakan berdasarkan dua kategori yaitu (Scott & Warmerdam, 2006):
•Identifikasi karakteristik dari suatu distribusi
•Kuantifikasi pola geografi dari suatu distribusi.

Pola distribusi spasial secara umum terbagi menjadi tiga (Briggs, 2007):
•Mengelompok (Clustered) yaitu beberapa titik terkonsentrasi berdekatan satu sama lain dan ada area besar yang berisi sedikit titik yang sepertinya ada jarak yang tidak bermakna.
•Menyebar (Dispersed) yaitu setiap titik berjauhan satu sama lain atau secara jarak tidak dekat secara bermakna
•Acak (Random) yaitu titik-titik muncul pada lokasi yang acak dan posisi satu titik dengan titik lainnya tidak saling terkait.

MENGAPA MENGGUNAKAN STATISTIK SPASIAL? 
Dari sudut pandang geografi suatu penyakit cenderung dibatasi secara geografis. Variasi spasial terbangun dari variasi fisik atau biologis yang mendukung pathogen, reservoir dan vector. Jika kondisi biotik dan abiotik ini dapat di delineasi pada peta dan keduanya dapat dipadukan secara bersamaan, maka dapat digunakan untuk mengetahui penyebab faktor resiko suatu penyakit dan memprediksi penyebarannya di masa yang akan datang (Pavlovsky, 1930). Sebagaimana First Law of Geography (Waldo R.Tobler, 1970) yang menyatakan bahwa "Everything is related to everything else, but near things are more related to each other” atau dapat diterjemahkan sebagai “segala sesuatu terkait satu sama lain, tetapi sesuatu yang berdekatan mempunyai keterkaitan yang lebih”. Sehingga dapat dijelaskan bahwa kejadian suatu penyakit terkait dengan kedekatannya terhadap kondisi geografis tertentu dari suatu wilayah misalnya keterkaitan penyakit dengan sungai, danau, kondisi vegetasi, perumahan, dll.

Apa yang terlihat secara visual pada peta tidak dapat dengan mudah dijelaskan secara kualitatif seperti bagaimana pola distribusinya?, Apa yang mempengaruhi distribusi tersebut?, Bagaimana trend distribusi tersebut dimasa datang?. Statistik Spasial dapat menggambarkan hal tersebut secara kuantitatif. Spasial statistik membantu kita dalam menilai pola, hubungan dan trend dari suatu distribusi.

Kelebihan lain dari statistik spasial menurut Scott & Warmerdam (2006) yaitu;
a) Diperolehnya pemahaman yang lebih baik mengenai fenomena goegrafis dari suatu kejadian;
b) Diketahuinya dengan tepat penyebab suatu kejadian berdasarkan pola geografis yang spesifik;
c) Disimpulkannya distribusi kejadian berdasarkan satuan data;
d) Diperolehnya keputusan yang lebih baik dengan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi.

Dalam peta tersebut di atas terlihat pola distribusi kasus TB yang terbentuk bersifat implisit. Kita tidak bisa mengatakan bahwa ada kelompok-kelompok kasus TB berdasarkan faktor risiko lingkungan dengan hanya melihat peta kasus TB di Kabupaten Bantul tersebut. Dibutuhkan analisa spasial, baik kualitatif maupun kuantitatif untuk mengetahui keterkaitan distribusi kasus TB dengan kondisi geografis di Kabupaten Bantul.

APA SAJA KEGUNAAN DAN METODE SPASIAL STATISTIK? 
 Scott (2008) mengatakan analisis statistik spasial memiliki tiga kegunaan yaitu:
1)A measure of what’s going on spatially (Pengukuran terhadap suatu distribusi secara keruangan)
2)Identifying characteristics of a distribution (Identifikasi karakteristik dari suatu distribusi)
3)Quantifying geographic pattern (Kuantifikasi pola geografis).

Hubungan spasial antara dua distribusi dapat digambarkan secara kuantitatif dengan penghitungan kedekatan jarak antar dua sebaran dengan beberapa metode sebagai berikut:
-Quadrant Count method -Kernel Density Estimation (Clustering)
-Nearest neighbor distance

TERDIRI DARI APA SAJA ANALISIS STATISTIK SPASIAL? 
Analisis statistik spasial berdasarkan tingkatannya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1.General Spatial Statistics Analysis (Analisis Statistik Spasial Umum)
2.Intermediate Spatial Statistics Analysis (Analisis Statistik Spasial Menengah)
3.Expert Spatial Statistics Analysis (Analisis Statistik Spasial Ahli)

Analisis Statistik Spasial Umum
Analisis Statistik Spasial Umum, sebagaimana halnya statistik non-spasial, memiliki fungsi deskripsi dasar seperti rerata (mean), median, mode dan standar deviasi untuk mendeskripsikan distribusi sebaran di permukaan bumi.
-Mean center merupakan pusat gravitasi sebaran kasus TB yaitu pada koordinat X: 430539.07 dan Y: 9137709.98. Sedangkan Median center pada koordinat X: 430511.56 dan Y: 9137708.27.
 -Pada gambar diatas ditunjukkan bahwa titik median center, mean center dan center of minimum distance terletak cukup berdekatan, ini dapat diartikan kasus TB adalah sebaran yang merata dan mengikuti kurva normal dengan skewness yang tidak terlalu besar
-Sudut rotasi standard deviasi elips sebesar 46.810 searah jarum jam dan luas elips sebesar 14.379.611,17m2. Convex hull menggambarkan luasan sebaran kasus TB yaitu seluas 32.299.432.93m2. -Standard deviational elips sebagai gambaran dari standar deviasi sebaran TB menunjukkan bahwa panjang sumbu X adalah 4855,24m dan sumbu Y adalah 3770,92, dengan ratio antara sumbu X dan sumbu Y adalah sebesar 1,2875.
-Arah sumbu standar deviasi elips yang muncul yaitu sebaran yang miring kearah tenggara - barat laut, mungkin dipengaruhi oleh bentuk administrasi Kota Yogyakarta

Fungsi Analisis Statistik Spasial Umum yang lainnya adalah:
-Density Estimation atau yang lebih tepat diistilahkan sebagai estimasi probability surface yaitu Estimasi Kerapatan pada tipologi titik, dengan menggunakan metode kernel. Setiap kernel mengestimasi tiap titik dalam sebuah grid yang ditumpangsusunkan pada pola persebaran titik
-Hot Spot Detection Analisis, metode yang digunakan adalah quadrant count, untuk mempresentasikan sebuah pengelompokan dengan membandingkan jumlah kejadian (ponit) dengan sebuah wilayah secara acak. Point dianalisis dengan dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai hirarki kepadatannya dengan menggunakan lebih dari sebuah lingkaran elips. Sebagai contoh berikut ini hot spot kasus TB di Kabupaten bantul
-Uji independensi atau Spatial autocorrelation, berguna untuk mengetahui apakah sebuah sebaran kasus memiliki pola tertentu atau sebaran yang acak. Uji independensi dilakukan untuk sebaran titik yaitu dengan membandingkan jarak tetangga antara sebaran (dNN) terdekat dengan jarak yang diharapkan (dran).

Analisis Statistik Spasial Menengah 
Salah satu fungsi Analisis Statistik Spasial Menengah yaitu Spatial relationship yang digunakan untuk mencari hubungan dua distribusi secara kuantitatif. Caranya dengan menguji kesamaan (similarity) antara dua sebaran. Jika dua distribusi menunjukkan persamaan pola, dapat diduga bahwa dua distribusi tersebut saling berhubungan, baik secara langsung atau tidak.
Adanya kesamaan diantara dua distribusi dapat mengindikasikan:
1) Sebuah distribusi menjadi penyebab distibusi lainnya;
2) Kedua distribusi memiliki penyebab yang sama

Analisis Statistik Spasial Ahli 
Yaitu Statistik Spasial untuk Aplikasi Pemodelan Spasial:
•Pada pemodelan spasial Indeks : berfungsi sebagai tools penentu batas kelas sebuah dan besar bobot pada sebuah parameter yang akan digunakan dalam model Indeks
•Pada pemodelan Regresi spasial : berfungsi sebagai alat proses pemodelan berdasarkan hubungan input dan output, seperti : Y = a+bx 
•Keuntungan model regresi adalah memiliki kemampuan prediksi secara langsung (dien)

Monday 19 March 2012

Jogja Kembali Bergoyang

Suasana sejuk dipagi menjelang siang hari ini tiba-tiba dikagetkan dengan goyangan gempa yang berkekuatan 4,2 skala Richter tepat pada pukul 09.20 WIB. Pusat gempa ada di sekitar 20 kilometer Tenggara Bantul dengan kedalaman 10 kilometer.

Umumnya pada saat gempa, warga sudah melakukan aktivitas sehari-hari. Akan tetapi goncangan sangat membuat warga Yogyakarta dan sekitarnya terkejut dan panik. Hingga saat ini belum ada informasi kerusakan yang ditimbulkan dengan gempa yang hanya sebentar tersebut.

Saturday 17 March 2012

Hasil Undian Babak Perempat Final Liga Champions 2011/2012

Pada hari Jumat (16/3/2012), kegiatan pengundian tim-tim yang telah lolos ke babak perempat final Liga Champions sudah dilakukan di Nyon, Swiss. Dari hasil undian, terdapat 1 partai besar yang akan mempertemukan kembali untuk ketiga kalinya pada musim ini antara AC Milan vs Barcelona. Sebelumnya AC Milan dan Barcelona sama-sama satu grup dibabak penyisihan.  

Hasil lainya Real Madrid akan diuji oleh tim kuda hitam APOEL Nicosia yang sebelumnya menyingkirkan Lyon. Bayer Munchen juga akan diuji oleh Olympique Marseille, Chelsea akan ditantang oleh Benfica. 

Untuk memuluskan jalan ke babak Final Liga Champions yang akan diselenggarakan di Allianz Arena, Muenchen, Jerman tanggal 19 Mei 2012 ini, tim-tim yang telah diundi akan saling sikut pada babak Perempat Final yang mana leg pertama akan dilaksanakan pada tanggal 27-28 Maret 2012, kemudian dilanjutkan leg kedua pada tanggal 3-4 April 2012. Kemudian setelah 4 tim lolos akan memasuki babak Semi Final yang mana leg pertama akan diselenggarakan pada tangal 17-18 April 2012 dan leg kedua akan diselenggarakan pada tanggal 25-25 April 2012. 

Berikut hasil lengkap undian Perempat Final Liga Champions 2011/2012 : 
Quarter Final 1 : APOEL vs Real Madrid 
Quarter Final 2 : Bayern Muenchen vs Marseille 
Quarter Final 3 : Chelsea vs Benfica 
Quarter Final 4 : AC Milan vs Barcelona 

Semi Final : 
Pemenang Quarter Final 1 vs Pemenang Quarter Final 2 
Pemenang Quarter Final 3 vs Pemenang Quarter Final 4

Thursday 15 March 2012

Hantam CSKA Moskow, Real Madrid Melaju Ke Semi Final

Real Madrid menyusul tim-tim lainnya yang telah terlebih dahulu lolos ke semi final Liga Champion 2011/2012, usai menghantam tamunya CSKA Moskow dengan skor telak 4-1 di Estadio Santiago Bernabéu 15-3-2012. Dengan demikian agregat secara keseluruhan 5-2 untuk keunggulan Read Madrid,dimana pada leg pertama berkesudahan dengan skor 1-1.

Tampil sejak wasit meniupkan peluit pertama, Real Madrid langsung mengambil inisiatif menyerang. Namun baru menit ke 26, Gonzalo Higuain mampu mencetak gol pembuka setelah memaksimalkan bola liar operan dari Kaka dari sisi kanan pertahanan CSKA Moskow. Gol tersebut adalah gol terakhir sampai babak pertama berakhir. Memasuki babak kedua, jual beli serangan terus dilancarkan baik Real Madrid maupun CSKA Moskow. Pada menit ke-55 Ronaldo akhirnya menambah keunggulan Real Madrid setelah tendangan kerasnya dari jarak jauh tidak dapat diantisipasi dengan baik oleh kiper CSKA Moskow,Chepchugov,bola liar langsung masuk ke gawang yang dikawalnya. 

CSKA Moskow sebenernya mempunya peluang untuk memperkecil margin gol, akan tetapi peluang yang didapat oleh penyerangnya, Doumbia, tidak dapat dimaksimalkan secara baik setelah berhasil mencuri bola dari Casillas, namun sayang tendangannya tidak mengarah ke gawang yang sudah kosong. Real Madrid tidak mengendurkan serangan,pada menit ke-70 Higuain digantikan oleh Benzema. Semenit setelah masuk ke lapangan, Benzema mampu membuktikan bahwa Mourinho tidak salah memasukkannya pada pertandingan ini,setelah mampu menambah skor menjadi 3-0 dengan memanfaatkan bola operan Mesut Ozil. 
Pada menit ke-77 CSKA Moskow mampu memperkecil skor setelah Zoran Tosic mampu memaksimalkan skema serangan balik yang diterapkan CSKA Moskow. Ini tidak terlepas terlambatnya bek Real Madrid, Pepe dan Arbeloa memblok tendangan keras Tosik. Iker Casilas tak mampu menghadang tendangan Tosik yang mengarah tepat disudut kanan gawang yang dikawalnya. 
Akhirnya pada masa injury time Real Madrid mampu menambah skor menjadi 4-1 lewat Ronaldo setelah memaksimalkan operan dari Benzema dari sisi kiri pertahanan CSKA Moskow. Dengan hasil agregat 5-2 ini, Real Madrid lolos ke babak semifinal dan sudah ditunggu oleh tim-tim kuat lainnya yang telah memastikan terlebih dahulu ke babak knock out tersebut.

Monday 5 March 2012

Model Alat Pengolahan Kadar Phosphat Limbah Cair Rumah Sakit Dengan Koagulasi, Flokulasi Dan Sedimentasi

Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan merupakan penghasil limbah medis dalam klasifikasi limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) dimana dari berbagai jenis limbah yang dihasilkan bersifat infeksius yang dapat berpotensi membahayakan dan menimbulkan permasalahan baru pada kesehatan, baik yang berada didalam maupun diluar lingkungan rumah sakit.
Banyak rumah sakit yang sudah mempunyai IPLC (Instalasi Pengolahan Limbah Cair) namun hasil pengolahan limbah cair akhir (Outlet) masih ada beberapa parameter yang berada diatas baku mutu yang berlaku, seperti phospat (PO4). Oleh karena perlu pengembangan model dan teknologi untuk menurunkan kadar PO4 dalam limbah cair rumah sakit agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Untuk menangani permasalahan ini, model alat pengolahan kadar phosphate limbah cair rumah sakit dengan koagulasi, flokulasi dan sedimentasi dapat diterapkan sehingga limbah cair hasil pengolahan memenuhi baku mutu.  

Spesifikasi:
1.      Bak Contoh uji/equalisasi volume 92,4 L : kaca ukuran P=55 cm L= 28 cm T= 60 cm
2.      Bak inlet (asli) volume 80 L                      : kaca ukuran P=40 cm L= 40 cm T= 50 cm
3.      Bak koagulan 2 buah volume 2,88 L        : kaca ukuran P=12 cm L= 12 cm T= 20 cm
4.      Bak Pencampur     volume 8,0 L              : kaca ukuran P=20 cm L= 20 cm T= 20 cm
5.      Bak Sedimentasi volume 58,32 L             : kaca ukuran P=36 cm L= 36 cm T= 45 cm
6.      Bak filtrasi volume 35 L berisi zeolit          : kaca ukuran P=40 cm L= 36 cm T= 45 cm
7.      Bak akhir (outlet)  volume 30,45 L           : kaca ukuran P=42 cm L= 25 cm T= 29 cm
8.      Bak Pengering lumpur volume 19,5 L       : kaca ukuran P=30 cm L= 25 cm T= 26 cm
9.      Alas                                                         : triplek 12 mm
10.  Kerangka                                                 : besi ukuran 4 x 4 cm
11.  Mixer modifikasi                                       : daya 12 watt, kecepatan 20 Rpm, adaptor
  travo5 A,  AC 220 Volt, DC 3-12 Volt
12.  Pompa air                                                  : Daya 110 W, 110/220 V, Freq 50/60 Hz, Life
  Head 4,2M out put 4500 L/H
13.  Kran Air                                                    : ½ ” 

Cara Kerja
1.      Rangkai semua bak pada rangka sehingga siap untuk pengolahan.
2.      Tampung limbah cair rumah sakit dalam bak equalisasi.
3.      Pompa ke bak inlet (asli) dan dialirkan ke dalam bak pencampur dengan debit 100 ml/menit.
4.      Bahan koagulan kapur (CaO) 4 % dengan debit 20 ml/menit dan tawas (Al2SO4) 4 % dengan debit 37,5 ml/menit dialirkan secara bersamaan ke dalam bak pencampur dan diaduk menggunakan mixer dengan kecepatan 20 RPM.
5.      Dari bak pencampur, limbah cair dialirkan dalam bak sedimentasi dan mengalami pengendapan.
6.      Efluent dari bak sedimentasi mengalir ke bak filtrasi berisi zeolit.
7.      Filtrat hasil saringan zeolit mengalir ke bak akhir (outlet)
8.      Endapan pada bak pengendap dialirkan ke bak pengering lumpur
9.      Cara Pemeliharaan
10.  Cek kran-kran secara rutin agar tidak terjadi penyumbatan.
11.  Cek pompa secara rutin untuk menghindari kemacetan pompa.
12.  Cek mixer secara rutin agar kecepatannya tetap 20 RPM. 
13.  Pengaliran endapan dari bak pengendap harus rutin agar waktu tinggal di bak pengendap terpenuhi.
14.  Pembersihan terhadap zeolit dilakukan apabila aliran sudah mulai pelan.

Efektifitas
Model alat ini di uji coba pada 3 rumah sakit terbukti mampu mengurangi kadar phosphat dengan efisiensi 88%.
(Tim PPTTG BBTKL PPM Yk)

 

Saturday 3 March 2012

Pengujian Nitrogen Dioksida (NO2) di Udara Dengan Metode Griess Saltzman

NOx termasuk bahan pencemar udara yang diemisikan dari berbagai sumber salah satunya yang paling utama adalah dari sektor transportasi. Sebagai gambaran umum, sektor transportasi menyumbang pencemar NOx sebesar 69% di perkotaan, diikuti industri dan rumah tangga. Gas NO2 sangat berbahaya bagi kesehatan manusia karena dapat menyebabkan gangguan pernapasan (penurunan kapasitas fungsi paru), gas NOx juga dapat merusak tanaman dan mengurangi jarak pandang dan bersifat resisten di udara. 
Menurut catatan, sekitar 10% pencemar udara pada setiap tahun adalah nitrogen oksida. Ada tujuh kemungkinan hasil reaksi bila nitrogen bereaksi dengan oksigen, antara lain adalah NO, NO2, N2O, N2O3, N2O4, N2O5, dan NO3. Dari semuanya yang jumlahnya cukup banyak ada tiga yaitu N2O, NO, dan NO2. Dari ketiga senyawa tersebut yang menjadi perhatian dalam pencemaran udara adalah NO dan NO2. Kadar NO2 di dalam NOx sekitar 10% (Mochtar Hadiwidodo, 2010). 
Diantara berbagai jenis oksida nitrogen yang ada di udara, nitrogen dioksida (NO2) merupakan gas yang paling beracun. NO2 dapat menembus ke dalam saluran pernafasan. Bagian dari saluran yang pertama kali dipengaruhi adalah membran mukosa dan jaringan paru. Organ lain yang dapat dicapai oleh NO2 dari paru adalah aliran darah. 
Data epidemologi tentang resiko pengaruh NO2 terhadap kesehatan manusia sampai saat ini belum lengkap, maka evaluasinya banyak didasarkan pada hasil studi eksperimental. Berdasarkan studi menggunakan binatang percobaan, pengaruh NO2 yang membahayakan seperti meningkatnya kepekaan terhadap radang saluran pernafasan dapat terjadi setelah mendapat pajanan NO2 sebesar 100 µg/m3. Percobaan pada manusia menyatakan bahwa pada kadar NO2 sebesar 250 µg/m3 dan 500 µg/m3 dapat mengganggu fungsi saluran pernafasan pada penderita asma dan orang sehat (Tri Tugaswati, 2009). 
Pengujian NO2 yang dilakukan di laboratorium BBTKLPPM Yogyakarta menggunakan metode Griess Saltzman yang mengacu pada SNI 19-7119.2-2005 dan ASTM D 1607-91, 1995. 

Prinsip pengujian :  
Nitrogen Dioksida yang diserap oleh zat azo dye pada suasana asam akan membentuk warna merah muda yang stabil setelah 15 menit. Warna yang terbentuk dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm. 

Kisaran konsentrasi : 
Kisaran konsentrasi NO2 yaitu 4 – 10000 μg/m3 atau 0,02 – 5 ppm NO2 

Peralatan : 
a.Spektrofotometer 
b.Pemanas listrik 
c.Pipet volume 10 mL 
d.Labu ukur 25, 100, dan 1000 mL 
e.Gelas piala 100, 1000 mL 
f.Gelas ukur 250 mL 
g.Gelas arloji 
h.kertas tissue yang lembut
i.Bubbler 
j.Pompa hisap yang dapat digunakan pada kecepatan alir 0,4 L/mn 
k.Slang karet 
l.Flowmeter 
m.Meja setinggi kurang lebih 1,5 m 
n.Rak midget/bubbler 
o.Sumber listrik/generator 
p.Roll kabel 
q.Thermometer atau psychromete. 
r.Barometer 

Bahan : 
Larutan Penyerap NO2 dibuat dengan tahapan sebagai berikut: 
a.Larutkan 5g asam sulfanilat anhidrat (5,5g asam sulfanilat monohidrat dalam hampir 1 L air suling bebas nitrit yang berisi 140mL asam asetat glasial dalam gelas piala 1000 mL). 
b.Panaskan pelan-pelan sampai larut sempurna. 
c.Dinginkan, tambah 20 mL larutan N-(1-naftil)etilendiamin dihidroklorida 0,1% dan 10mL aseton. 
d.Encerkan dengan air suling bebas nitrit dalam labu ukur 1000mL hingga tepat tanda tera. 

Pengambilan Contoh Uji : 
1.Cek dan persiapkan semua peralatan yang akan digunakan untuk pengambilan contoh uji. 
2.Isi bubbler dengan larutan penyerap sebanyak 10 mL. 
3.Masukkan dalam rak midget/bubbler. 
4.Setelah sampai lokasi, tentukan titik pengambilannya. 
5.Letakkan rak midget/bubbler diatas meja setinggi kurang lebih 1,5 m. 
6.Rangkaikan alat secara berurutan dengan slang karet: bubbler, penghilang uap air, flowmeter, pompa hisap, lalu hubungkan dengan sumber listrik. 
7.Hidupkan sumber listrik. 
8.Ukur kecepatan alir udara pada awal dan akhir pengambilan. 
9.Ukur suhu dan tekanan udara selama pengambilan contoh uji. 
10.Setelah 60 menit atau timbul perubahan warna menjadi ungu kemerahan, matikan sumber listrik. 11.Contoh uji siap untuk diuji. 

Cara Pengujian : 
1.Ukur volume contoh uji. 
2.Masukkan kedalam kuvet pada spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm, baca absorbansinya. 
3.Gunakan larutan penyerap NO2 sebagai blanko. 
   
Perhitungan :
 

Dimana : 
K = faktor standardisasi, μgNO2/ mL larutan penyerap/absorbansi 
v = volume larutan penyerap, mL 
Vr = volume contoh uji udara, L 
Q1 = kecepatan awal alir pengambilan, L/mn 
Q2 = kecepatan akhir alir pengambilan, L/mn 
t = waktu pengambilan, menit 
P = tekanan udara, kPa 
T = suhu udara, K 
101,3 = Tekanan udara standar, kPa 
298,15 = suhu udara standar, K 

Air Sampler – Impinger untuk pengambilan contoh uji di lapangan 

Haeni, Nila

Agent Penyebab Penyakit Malaria

Malaria adalah penyakit tular vektor. Program pemberantasan penyakit malaria tergolong komplek karena terkait dengan aspek penyebab penyakit yaitu parasit, lingkungan baik fisik maupun biologis dan nyamuk sebagai vektor penular. Karena itu untuk tercapainya target eliminasi malaria maka program pemberantasan penyakit malaria harus dilaksanakan secara bersama dengan para mitra terkait dan menjadi bagian integral dari pembangunan nasional.

Dari aspek penyebab penyakit, ketepatan untuk menentukan jenis parasit (spesies Plasmodium) yang menginfeksi menjadi sangat penting. Hal ini karena berkaitan dengan jenis pengobatan yang akan dilakukan agar tidak terjadi resistensi terhadap obat. Gold standart untuk menentukan jenis Plasmodium adalah dengan pemeriksaan hapusan darah tetes tebal/tipis menggunakan mikroskop. Dalam hal ini peran seorang mikroskopis menjadi penentu. Seorang mikroskopis minimal harus mengetahui siklus hidup Plasmodium, jenis spesies yang menginfeksi, dan cara pembuatan sediaan darah yang baik. 

Berikut ini ulasan singkat mengenai jenis spesies Plasmodium yang bisa menyebabkan penyakit malaria, siklus hidup Plasmodium, dan cara pembuatan sediaan darah yang baik. 
1. Spesies Plasmodium Penyebab Penyakit Malaria 
    Sebagaimana diketahui penyakit malaria disebabkan oleh infeksi salah satu dari empat spesies utama dari Genus Plasmodium yaitu P. falciparum, P. vivax, P. ovale atau P. malariae2. Plasmodium falciparum adalah penyebab Malaria tropika yang dapat menyebabkan malaria yang berat/malaria otak yang fatal. Plasmodium vivax menyebabkan malaria yang dikenal dengan istilah Malaria tertiana dimana gejala serangannya timbul berselang setiap tiga hari. Malaria quartana disebabkan oleh Plasmodium malariae. Sedangkan Plasmodium ovale adalah spesies yang jarang ditemukan di wilayah Indonesia. Spesies ini banyak ditemukan di Afrika dan Pasifik Barat. 
2. Siklus Hidup Parasit Malaria 
    Manusia dapat terinfeksi parasit malaria apabila digigit oleh nyamuk betina yang dalam kelenjar liurnya terkandung sporozoit Plasmodium. Selanjutnya sporozoit akan masuk ke sel parenchim hati untuk berkembang biak secara aseksual yang disebut siklus pre-eritrositik. Lamanya siklus ini bervariasi tergantung dari spesiesnya. Schizont akan pecah menjadi ribuan merozoit yang sebagian akan menempel pada reseptor spesifik pada sel darah merah sehingga disebut siklus eritrositik. Bentuk stadium paling awal yang dapat ditemukan pada sediaan darah adalah bentuk cincin (ring form) atau bentuk tropozoit muda. Pada sediaan darah dengan pewarnaan giemsa terlihat seperti cincin dengan sitoplasma berwarna biru dan inti (nucleus) berwarna merah. Kemudian tropozoit muda akan membesar berbentuk amuboid atau seperti pita. Inti akan membelah dan terbentuk schizont. Pembelahan inti berurutan terjadi. Merozoit yang terbentuk akan memecah eritrosit dan melekat pada eritrosit yang tidak berparasit. Sebagian kecil merozoit yang masuk ke dalam sel darah merah akan berkembang menjadi gametosit jantan dan betina. Gametosit ini tidak memecah eritrosit tetapi tertelan oleh nyamuk pada saat nyamuk menggigit manusia yang terinfeksi Plasmodium. Selanjutnya dalam lambung nyamuk, parasit malaria akan mengalami perubahan stadium dan dikenal sebagai siklus sporogoni. Mikrogamet dan makrogamet akan mengalami perkembangbiakan secara seksual dalam tubuh nyamuk dan menghasilkan zigot. Kemudian zigot akan berkembang menjadi ookinet yang selanjutnya menjadi ookista. Ookista akan berkembang dan akhirnya pecah menjadi sporozoit. Sporozoit dalam kelenjar ludah nyamuk ini telah siap untuk ditularkan ke manusia sehat melalui gigitannya. Berikut ini adalah siklus hidup parasit malaria dalam tubuh nyamuk (seksual) dan manusia (aseksual). 

Siklus Hidup Plasmodium dalam tubuh nyamuk dan manusia


3. Pembuatan Sediaan Darah 
    Mutu sediaan darah dan pewarnaannya sangat menentukan ketepatan diagnosa. Oleh karena itu pengetahuan tentang cara pembuatan sediaan darah dan pewarnaannya tidak dapat dikesampingkan. Hal ini termasuk pemilihan kaca sediaan (obyek glass), proses pengecatan/ pewarnaan sediaan dan kualitas cat Giemsa yang digunakan. 
    Untuk pembuatan sediaan darah malaria diperlukan obyek glass yang bersih tidak berdebu, tidak berlemak atau mengandung alkohol, jernih/tidak kusam atau bergores, dan ketebalan antara 1,1-1,3 mm3. Langkah-langkah pembuatan sediaan darah malaria dan pewarnaan dengan menggunakan cat Giemsa adalah sebagai berikut: 
a.Siapkan peralatan yang dibutuhkan yaitu obyek glass yang siap pakai, lancet steril, kapas, alkohol 70%, dan catatan/buku. 
b.Ambil kaca sediaan yang telah disiapkan tanpa menyentuh bagian permukaan. 
c.Pegang jari manis/tengah pasien, bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol. 
d.Tusuk ujung jari agak dipinggir dengan cepat, jari jangan terlalu basah karena alkohol. Untuk bayi berusia kurang dari 6 bulan dapat diambil dari bagian tumit kaki, dan pada bayi berusia 6-12 bulan dapat ditusuk pada bagian ujung jempol kaki. 
e.Tetes darah pertama dilap dengan kapas kering 
f.Tetes darah selanjutnya yang digunakan untuk sediaan. Banyaknya sediaan dan ketebalan sediaan yang dibuat tergantung kebutuhan. Untuk Passive Case Detection, dibuat 1 sediaan tetes tebal pada 1 obyek glass, sedangkan untuk Active Case Detection dibuat 2 sediaan tetes tebal pada 1 obyek glass. Namun jika menghendaki tetes tebal dan tipis pada 1 obyek glass maka dari tetes kedua diambil untuk membuat tetes tebal kemudian tetes ketiga dan keempat diambil untuk membuat hapusan darah. 
g.Letakkan obyek glass (sediaan darah yang masih basah) pada tempat yang datar, ditunggu sampai kering kemudian baru dapat dilakukan pengecatan, jangan lupa diberi kode/etiket. 
h.Ada beberapa teknik pengecatan yang digunakan. Salah satunya adalah teknik pengecatan untuk kegiatan Passive Case Detection, formula cat yang digunakan adalah cat Giemsa 10% dengan lama pengecatan 15-20 menit. Untuk kegiatan Active Case Detection menggunakan cat Giemsa 5% dengan lama pengecatan 45-60 menit. Larutan Giemsa kerja ini harus selalu dibuat baru dengan mengencerkan larutan Giemsa stok menggunakan buffer. Sediaan tetes tebal tidak perlu difiksasi sedangkan tetes tipis dapat difiksasi dengan metanol selama 1-2 menit sebelum dilakukan pengecatan dengan cat Giemsa. Cat Giemsa harus menutupi seluruh permukaan sediaan darah. Guyur sediaan dengan air mengalir pada akhir pengecatan untuk menghilangkan endapan zat warna. Biarkan sediaan kering di udara sebelum dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop. 

4.  Gambaran Stadium Parasit Malaria pada Sediaan Darah 
     Bentuk stadium parasit malaria pada sediaan darah antara spesies satu dengan spesies Plasmodium yang lain ada yang susah dibedakan karena kemiripannya, namun ada pula yang berbentuk spesifik sehingga mudahk untuk menentukan jenis spesiesnya. Stadium tropozoit adalah stadium terpanjang dalam satu siklus kehidupan parasit sehingga bentuk ini mudah ditemukan pada hampir semua sediaan darah yang positif malaria. Tropozoit bentuk cincin (ring form) dapat ditemukan pada semua spesies namun tidak dapat dibedakan jenis (spesiesnya). Apabila ditemukan tropozoit bentuk cincin, perlu dicari stadium yang lain dari parasit untuk menentukan spesiesnya. Bentuk amuboid hanya ditemukan pada Plasmodium vivax, sehingga bentuk ini dipakai sebagai ciri khas untuk menentukan tropozoit Plasmodium vivax. Bentuk/stadium parasit yang kemungkinan dapat ditemukan pada sediaan darah adalah stadium schizont. Stadium ini jarang ditemukan pada sediaan darah karena masa sporulasi pada siklus kehidupan parasit sangat pendek. Bentuk schizont dapat ditemukan pada sediaan darah apabila pengambilan sampel darah dilakukan pada jam sebelum atau setelah sporulasi (menggigil). Namun pada umumnya penderita tidak mampu pergi ke unit kesehatan pada kondisi klinis yang berat. Gametosit Plasmodium falciparum sangat khas yakni berbentuk seperti buah pisang. Bentuk ini sangat spesifik sehingga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa. Gametosit P. vivax dan P. malariae kurang dapat dibedakan, demikian juga dengan stadium tropozoit dewasa pra-schizont. Apabila sediaan darah positif stadium gametosit, hal ini mengindikasikan bahwa pasien terlambat ditemukan. Stadium gametosit dapat ditemukan pada darah tepi paling cepat 1 minggu sampai 10 hari setelah demam pertama. Berikut gambaran bentuk Plasmodium pada sediaan darah. 
(Indaryati) 

 Morfologi Stadium Plasmodium pada Sediaan Tetes Tipis

Friday 2 March 2012

Alat Penurunan Fe Dengan Sistem Aerasi (Model Spray)

Air bersih yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara umum bersumber dari air tanah yang diperoleh dari sumur gali ataupun sumur bor dengan kedalaman yang bervariasi. Kualitas air bersih yang bersumber dari air tanah dipengaruhi oleh kualitas lingkungan dan juga tekstur tanah di sekitar sumur. Air dengan kadar Besi yang melebihi persyaratan mempunyai ciri-ciri antara lain berwarna coklat kekuning-kuningan, dan berbau anyir/ amis sehingga akan sangat mengganggu dari segi estetika. Dampak lain dari tingginya kadar Besi dalam air adalah timbulnya kerak pada perpipaan dan alat masak dan jika digunakan untuk mencuci pakaian akan meninggalkan noda yang berupa warna kekuningan pada pakaian. Besi sebenarnya adalah adalah unsur esensial yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk pembentukan Hb pada dosis yang dibutuhkan. Adanya kandungan Besi yang melebihi persyaratan dalam air bersih dikhawatirkan akan mengganggu sistem penyediaan air bersih bagi masyarakat. Pengolahan untuk menurunkan kadar Besi di air dapat dilakukan secara sederhana. Salah satunya adalah dengan sistem aerasi atau penambahan Oksigen kedalam air baku. Teknik aerasi ini tidak dapat diterapkan pada semua kondisi/ kualitas air baku, sehingga dibutuhkan berbagai bentuk design sistem aerasi untuk penurunan kadar Besi. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai sistem aerasi untuk penurunan kadar Besi dengan metode spray. Sebagaimana halnya semua sistem aerasi, konsep dasar aerasi dengan model spray ini juga berupa penambahan Oksigen kedalam air baku. Besi (Fe) dalam air secara umum berbentuk Fe tereduksi atau senyawa Ferro terlarut, sehingga dibutuhkan suatu perlakuan untuk merubah bentuk Ferro terlarut menjadi bentuk Ferri. Aerasi bertujuan untuk mengoksidasi Besi terlarut (Ferro) menjadi Ferri dengan menambahkan Oksigen kedalam air baku. Jika Besi dalam air sudah teroksidasi menjadi Ferro maka dapat dihidrolisa membentuk Hydrated ferric oxida yang tidak larut. Penurunan kadar Fe dalam air dengan metode aerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: tipe alat aerasi, ukuran dan bentuk bak aerasi, daya input per unit volume, suhu, tekanan, pH, dan senyawa yang terdapat dalam air baku. Alat penurunan kadar Fe dengan sistem aerasi metode spray dibuat dari bahan alumunium dengan skema sebagai berikut

Proses pengolahan kadar Fe dengan model spray dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.Air baku ditampung di bak equalisasi 2.Atur debit aliran air baku 3.Air akan mengalir di bejana alumunium berlubang 4.Selanjutnya air akan mengalir ke bejana alumunium lain yang ada dibawahnya dan akan terjadi percikan air, sehingga terjadi proses aerasi 5.Setelah proses aerasi selesai air akan keluar di pipa outlet dan ditampung di bak penampung akhir atau bisa dilanjutkan ke proses selanjutnya. 
(Tim PPTTG BBTKL PP Yogyakarta)

Penyakit Kusta dan Permasalahnnya

Permasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan merupakan permasalahan kemanusiaan seutuhnya, bukan medis saja namun juga masalah social ekonomi serta psikososial. Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang masih merupakan masalah nasional kesehatan masyarakat, dimana beberapa daerah di Indonesia prevalens rate masih tinggi dan permasalahan yang ditimbulkan sangat komplek. Masalah yang dimaksud bukan saja dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial. Masalah-masalah tersebut dapat mengakibatkan penderita kusta menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan ada kemungkinan mengarah untuk melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan masyarakat. Pada umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, dan sebagian besar penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai di bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan social ekonomi pada masyarakat. Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikian besarnya, sehingga menimbulkan keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya pada penderita sendiri, tetapi pada keluarganya, masyarakat dan negara. Hal ini yang mendasari konsep perilaku penerimaan periderita terhadap penyakitnya, dimana untuk kondisi ini penderita masih banyak menganggap bahwa penyakit kusta merupakan penyakit menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan menyebabkan kecacatan. Akibat anggapan yang salah ini penderita kusta merasa putus asa sehingga tidak tekun untuk berobat. Penderita kusta tidak teratur berobat karena mereka merasa malu dengan penyakit yang diderita (Marhaento Budi, P.F_ dkk , 2002). Hal ini dapat dibuktikan dengan kenyataan bahwa penyakit ini mempunyai kedudukan yang khusus diantara penyakit penyakit lain. Hal ini disebabkan oleh karena adanya leprophobia (rasa takut yang berlebihan terhadap kusta). Leprophobia ini timbul karena pengertian penyebab penyakit kusta yang salah dan cacat yang ditimbulkan sangat menakutkan. Dari sudut pengalaman nilai budaya sehubungan dengan upaya pengendalian leprophobia yang bermanifestasi sebagai rasa jijik dan takut pada penderita kusta tanpa alasan yang rasional. Terdapat kecenderungan bahwa masalah kusta telah beralih dari masalah kesehatan ke masalah sosial. Leprophobia masih tetap berurat akar dalam seleruh lapisan masalah masyarakat karena dipengaruhi oleh segi agama, sosial, budaya dan dihantui dengan kepercayaan takhyul. Fhobia kusta tidak hanya ada di kalangan masyarakat jelata, tetapi tidak sedikit dokter-dokter yang belum mempunyai pendidikan objektif terhadap penyakit kusta dan masih takut terhadap penyakit kusta. Selama masyarakat kita, terlebih lagi para dokter masih terlalu takut dan menjauhkan penderita kusta, sudah tentu hal ini akan merupakan hambatan terhadap usaha penanggulangan penyakit kusta. Akibat adanya phobia ini, maka tidak mengherankan apabila penderita diperlakukan secara tidak manusiawi di kalangan masyarakat. Sejarah Kusta, penyakit ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke IV-V yang diduga dibawa oleh orang-orang India yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan agamanya dan berdagang. Penyebab Kusta, penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai microbakterium, dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat juga golongan organism patogen (misalnya Microbacterium tubercolose, Mycrobakterium leprae) yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenisgranuloma infeksion Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut, Namun dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tanda secara umum tidak terlampau mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu: 1.Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia. 2.Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak. 3.Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat. 4.Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulit. 5.Alis rambut rontok. 6.Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa). Sampai saat ini penyakit kusta masih ditakuti oleh sebagian besar masyarakat. Keadaan ini terjadi karena pengetahuan yang kurang, pengertian yang salah, dan kepercayaan yang keliru tentang penyakit kusta dan kecacatan yang ditimbulkannya. Padahal, berkat kemajuan teknologi pengobatan dengan Multi Drug Treatment (MDT) dan pemanfaatan teknologi komunikasi mutakhir, seharusnya penyakit kusta sudah dapat diatasi dan tidak menjadi masalah kesehatan lagi. Namun, karena permasalahan penyakit kusta sangat kompleks, maka pemberantasan penyakit kusta tidak mungkin dilaksanakan sendiri oleh Kementerian Kesehatan tanpa bermitra dengan berbagai program dan sektor, baik dalam upaya pemberantasan, rehabilitasi medis, maupun rehabilitasi sosial/ekonomi. Oleh karena itu, perlu dukungan dan kerjasama dari seluruh lintas sektor terkait dalam pemberantasan kusta di Tanah Air. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan strategi global untuk terus berupaya menurunkan beban penyakit kusta dalam: ”Enhanced global strategy for futher reducing the disease burden due to leprosy 2011 – 2015”; dimana target yang ditentukan adalah penurunan sebesar 35% angka cacat kusta pada akhir tahun 2015 berdasarkan data tahun 2010. Dengan demikian, tahun 2010 merupakan tonggak penentuan pencapaian target tersebut. Penetapan Hari Kusta (Leprosy Day) diperjuangkan oleh seorang wartawan Perancis bernama Raoul Fallereau. Selama 30 tahun Raoul Fallereau mengabdikan dirinya untuk memperjuangkan nasib penderita kusta dan untuk menghilangkan stigma sosial di masyarakat. Pada tahun 1955, terdapat 150 radio dari 60 negara yang menyiarkan kampanye pemberantasan penyakit kusta. Peristiwa ini terjadi pada hari Minggu terakhir bulan Desember 1955. Sejak itu di Eropa, Hari Kusta Sedunia (World Leprosy Day) ditetapkan hari Minggu terakhir Desember. Sedangkan di negara-negara Asia, untuk mengenang jasa-jasa Mahatma Gandhi, yang sangat menaruh perhatian dan besar jasanya kepada penderita kusta, Hari Kusta Sedunia ditetapkan pada Minggu terakhir Januari, untuk memperingati terbunuhnya Mahatma Gandhi. Di Indonesia penderita kusta terdapat hampir diseluruh daerah dengan penyebaran yang tidak merata. Suatu kenyataan, di Indonesia bagian Timur terdapat angka kesakitan kusta yang lebih tinggi. Penderita kusta 90% tinggal diantara keluarga mereka dan hanya beberapa persen saja yang tinggal dirumah sakit kusta, koloni penampungan atau perkampungan kusta. Prevalensi kusta di Indonesia cenderung menurun dari tahun ke tahun. Tahun 1986 ditemukan 7,6 per 10.000 penduduk menjadi 5,9 per 10.000 penduduk. Pada tahun 1994 terjadi lagi penurunan menjadi 2,2 per 10.000 penduduk dan menjadi 1,39 per 10.000 penduduk pada tahun 1997.Penurunan prevalensi penyakit kusta ini karena kemajuan di bidang teknologi promotif, pencegahan, pengobatan serta pemulihan kesehatan di bidang penyakit kusta (Hismawi, 2001). Penyebaran sejumlah penyakit tropis, seperti malaria, kusta atau lepra, dan filariasis atau kaki gajah, hingga kini tidak teratasi. Penyakit kaki gajah, misalnya, pada tahun 2000 berjumlah 4.472 penderita, tahun 2005 berdasarkan data Departemen Kesehatan melonjak menjadi 10.239 penderita. Masalah-masalah yang ditimbulkan akibat penyakit kusta, seseorang yang merasakan dirinya menderita penyakit kusta akan mengalami trauma psikis. Sebagai akibat dari trauma psikis ini, si penderita antara lain sebagai berikut : a.Dengan segera mencari pertolongan pengobatan. b.Mengulur-ulur waktu karena ketidaktahuan atau malu bahwa ia atau keluarganya menderita penyakit kusta. c.Menyembunyikan (mengasingkan) diri dari masyarakat sekelilingnya, termasuk keluarganya. d.Oleh karena berbagai masalah, pada akhirnya si penderita bersifat masa bodoh terhadap penyakitnya. Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas timbullah berbagai masalah antara lain: 1.Masalah terhadap diri penderita kusta. Pada umumnya penderita kusta merasa rendah diri, merasa tekan batin, takut terhadap penyakitnya dan terjadinya kecacatan, takut mengahadapi keluarga dan masyarakat karena sikap penerimaan mereka yang kurang wajar. Segan berobat karena malu, apatis, karena kecacatan tidak dapat mandiri sehingga beban bagi orang lain (jadi pengemis, gelandangan dsb). 2.Masalah Terhadap Keluarga. Keluarga menjadi panik, berubah mencari pertolongan termasuk dukun dan pengobatan tradisional, keluarga merasa takut diasingkan oleh masyarat disekitarnya, berusaha menyembunyikan penderita agar tidak diketahui masyarakat disekitarnya, dan mengasingkan penderita dari keluarga karena takut ketularan. 3.Masalah Terhadap Masyarakat. Pada umumnya masyarakat mengenal penyakit kusta dari tradisi kebudayaan dan agama, sehingga pendapat tentang kusta merupakan penyakit yang sangat menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan menyebabkan kecacatan. Sebagai akibat kurangnya pengetahuan/informasi tentang penyakit kusta, maka penderita sulit untuk diterima di tengah-terigah masyarakat, masyarakat menjauhi keluarga dari perideita, merasa takut dan menyingkirkannya. Masyarakat mendorong agar penderita dan keluarganya diasingkan. Dien