This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday 23 March 2015

Lowongan Kerja PT Pertamina (Persero) - Deadline 31 Maret 2015

PT Pertamina mengundang para lulusan terbaik untuk bergabung rincian lowongan sebagai berikut:
 
Job Description:
1.Mengatur & melaksanakan kegiatan administrasi meliputi pembuatan,penyimpanan, pencatatan,pendistribusian,penerimaan,penyimpanan,dan pengamanan kerahasiaan dokumen sesuai pedoman administrasi dan pedoman kearsipan ( PATP ) yang berlaku di Perusahaan.
2.Melaksanakan Koordinasi kegiatan administrasi Fungsi yg terkait untuk kelancaran tugas administrasi.
3.Menerima,menjawab,& mengkomunikasikan informasi kebutuhan pihak eksternal & internal terkait dgn kegiatan GM / SMOM atau fungsi di bawahnya.
4.Menyusun jadwal mingguan kegiatan GM /SMOM & mengkomunikasikan setiap hari seperti rapat-rapat, seminar-seminar, janji temu, perjalanan dinas.
5.Mempersiapkan penyelenggaraan pertemuan/rapat termasuk memastikan kelengkapan rapat,ruang rapat, & kehadiran undangan.
 
Job Requirement
Pendidikan :
D3 Sekretaris (Diutamakan)/S1

Kemampuan dan Kompetensi :
1.Paham dan mengerti tentang pedoman kearsipan
2.Paham dan menguasai korespondensi dan kearsipan.
3.Memiliki sikap service oriented disertai penampilan yang ramah dan menarik.
4.Mampu berkomunikasi secara baik dan lancar (komunikatif)
5.Mampu berbahasa Inggris (written & conversation)
6.Menguasai Ms Office (Word, Excel, Power Point), data processing dan Internet.

Pengalaman :
-Pengalaman kerja sebagai Executive Secretary minimal 5 th

Status kepegawaian: Contract Employee (PWT)

Lokasi Penempatan: Cilacap dan Sorong(diutamakan bagi yang berdomisili di sekitar lokasi penempatan)
 
 
untuk pendaftaran ditutup tanggal 31 Maret 2015 dan dapat langsung ke link berikut:
http://recruitment.pertamina.com/PHEUI/Pages/jobs/Default.aspx

Sunday 22 March 2015

Pemeriksaan Lymphatic Filariasis Pada Sediaan Darah Jari

Pendahuluan
Beberapa penyakit tropis yang terabaikan (Neglected Tropical Diseases, NTD) masih ditemukan pada populasi miskin di negara berkembang. Terdapat 17 jenis penyakit NTD yang berasal dari 4 jenis agen/penyebab penyakit yang berbeda yaitu virus, bakteri, cacing, maupun protozoa. Salah satu penyakit NTD yang disebabkan oleh cacing dan saat ini masih ditemukan di Indonesia adalah lymphatic filariasis.1
 Lymphatic filariasis atau lebih dikenal sebagai penyakit kaki gajah (elephantiasis) adalah penyakit infeksi akibat cacing filaria (mikrofilaria). Ada 3 spesies mikrofilaria penyebab penyakit ini yaitu Wuchereria bancrofti (ditemukan pada 90% kasus filariasis di dunia), Brugia malayi, dan Brugia timori.2,3 Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi.4
Manusia terinfeksi melalui gigitan nyamuk vektor yang mengandung larva infektif (L3) dari spesies mikrofilaria tersebut. Meskipun jarang menimbulkan kematian, cacing filaria yang berkembangbiak di dalam pembuluh limfe akan menyebabkan kerusakan dan penyumbatan pada saluran limfatik dan pada stadium akhir dari kasus kronis sering ditemukan pembengkakan (kecacatan) pada kaki, tangan, maupun organ genital. Upaya pencegahan dan infeksi awal dapat dilakukan dengan pemberian obat anti-filaria. Namun pada kondisi yang sudah terjadi pembengkakan diperlukan langkah dan tata laksana kasus yang berbeda.1,4  Pada tahun 2000 lalu, WHO membentuk Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis (GPELF) dengan maksud untuk mengeliminasi penyakit ini pada 2020.5
               
Diagnosa Laboratorium
Baku emas pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa filaria adalah pemeriksaan secara mikroskopis pada sediaan darah jari (SDJ). Pengambilan sampel darah dilakukan pada pukul 22.00 malam sampai 02.00 dini hari sesuai periodisitas dari spesies cacing filaria. Namun saat ini di pasaran telah tersedia kit immunochromatographic card test (ICT) yang mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Teknik ini untuk mendeteksi adanya antigen dari W. bancrofti dari sampel dengan membutuhkan 100 uL darah.6 Ada pula uji cepat untuk mendeteksi antibodi terhadap Brugia spesies (Brugia Rapid Test). Pengambilan sampel darah dapat dilakukan pada siang maupun malam hari. Teknik pemeriksaan filaria pada sediaan darah jari (SDJ) akan dijelaskan di bawah ini7.
A.      Pembuatan Sediaan Darah Jari untuk Pemeriksaan Mikrofilaria dalam Darah Tepi
1.         Kenakan sarung tangan sebelum memulai proses;
2.         Siapkan kaca slide berlabel yang bersih dan bebas lemak, beri label/kode;
3.         Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya (jari tengah atau jari manis) dengan kapas alkohol dan keringkan dengan kapas atau tisu yang bersih;
4.         Tusuk sisi bagian dalam jari dengan menggunakan jarum penusuk yang steril;
5.         Tekan jari tersebut dengan lembut dan kumpulkan 60 uL darah ke dalam tabung kapiler non heparin yang telah ditera;
6.         Posisikan tabung kapiler secara horizontal (merata) saat mengumpulkan darah agar darah dapat masuk ke dalam tabung dengan lancar;
7.         Bersihkan sisa darah pada ujung jari dengan kapas dan pasien diminta memegang kapas tersebut sampai darah berhenti mengalir;
8.         Teteskan darah dalam tabung kapiler di tiga titik pada permukaan kaca slide secara berseling (masing-masing titik 20 uL darah). Dengan tutup jarum penusuk, ratakan darah membentuk tiga jalur paralel seperti pada gambar 1 dibawah ini (masing-masing jalur paralel darah berukuran lebar X panjang = 0,5 X 4 cm). Untuk memudahkan dapat diletakkan pola panjang hapusan darah di bawah kaca slide;
9.         Biarkan sediaan darah pada kaca slide mengering dengan menempatkannya pada posisi horizontal di tempat yang aman sampai proses pengumpulan darah selesai.
B.      Pewarnaan Sedian Darah Jari
1.         Lakukan pewarnaan sediaan darah, 24 - 32 jam setelah pengambilan darah dan sediaan darah sudah kering sempurna dengan bantuan udara;
2.         Dehemoglobinasi sediaan darah menggunakan air suling atau air kemasan botol merek tertentu yang memiliki pH 7,2 dengan cara merendam sediaan darah di dalam air sampai air berwarna merah dan jalur paralel darah pada slide berwarna putih susu. Buang air dengan hati-hati, kemudian susun slide dalam rak pewarnaan dan dibiarkan mengering di udara selama 10-20 menit;
3.         Teteskan metanol pada slide yang sudah kering selama 1 menit;
4.         Lanjutkan dengan pewarnaan menggunakan larutan Giemsa 3% selama 30 menit;
5.         Bersihkan warna larutan Giemsa yang menempel pada kaca slide dengan mencelupkannya ke dalam sebaskom air kemudian slide dibiarkan kering sempurna dengan bantuan udara. Slide diposisikan berdiri dengan kemiringan 45 derajat agar air dapat mengalir turun. Apabila tidak dapat langsung diperiksa, simpan slide di dalam kotak slide.
C.      Pemeriksaan Mikroskopis
1.         Untuk menemukan filaria pada preparat digunakan perbesaran obyektif 10X10; 
2.     Jumlah mikrofilaria yang ditemukan di semua lapangan pandang dihitung. Agar tidak terlewatkan dan setiap lapangan pandang dapat diperiksa, pengamatan dimulai dari tepi kiri kemudian digeser ke kanan sampai tepi preparat. Dilanjutkan ke bidang pandang berikutnya dan menggeser ke arah yang berlawanan ke tepi lagi. 
 (indaryati)
Pustaka
1.       WHO, n.d., The 17 Neglected Tropical Diseases, diakses dari http://www.who.int/neglected_diseases/diseases/en/, tanggal 1 Juli 2014
2.       WHO, Maret 2014, Lymphatic Filariasis,  diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs102/en/, tanggal 1 Juli 2014
3.       WHO, n.d., Filariasis, diakses dari  http://www.who.int/topics/filariasis/en/ ; tanggal 1 Juli 2014
4.       Kemenkes RI, Juni 2010, Filariasis di Indonesia, Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 1, Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI, diakses dari http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20FILARIASIS.pdf , tanggal 1 Juli 2014
5.       WHO, n.d., Continue to March towards Elimination of Lymphatic Filariasis, diakses dari http://www.searo.who.int/entity/vector_borne_tropical_diseases/topics/lymphatic_filariasis/Progress_LF/en/, tanggal 1 Juli 2014
6.       WHO, n.d., Form of Lymphatic Filariasis and Diagnosis,  diakses dari  http://www.who.int/lymphatic_filariasis/epidemiology/epidemiology_forms/en/,  tanggal 1 Juli 2014  
7.    Kemenkes RI, 2014, Panduan Pemeriksaan Lymphatic Filariasis Dengan Metode Survei Darah Jari, Subdit Filariasis dan Kecacingan, Ditjen P2PL, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
 

Wednesday 21 March 2012

STATISTIK SPASIAL

APA YANG DIMAKSUD STATISTIK SPASIAL?
Statistik Spasial adalah segala teknik analisis untuk mengukur distribusi suatu kejadian berdasarkan keruangan (Scott & Warmerdam, 2006). Keruangan yang dimaksud disini adalah variabel yang ada di permukaan bumi seperti kondisi topografi, vegetasi, perairan, dll. Berbeda dengan statistik non-spasial yang tidak memasukkan unsur keruangan dalam analisisnya.  

Dalam pengukuran distribusi suatu kejadian berdasarkan keruangan dibedakan berdasarkan dua kategori yaitu (Scott & Warmerdam, 2006):
•Identifikasi karakteristik dari suatu distribusi
•Kuantifikasi pola geografi dari suatu distribusi.

Pola distribusi spasial secara umum terbagi menjadi tiga (Briggs, 2007):
•Mengelompok (Clustered) yaitu beberapa titik terkonsentrasi berdekatan satu sama lain dan ada area besar yang berisi sedikit titik yang sepertinya ada jarak yang tidak bermakna.
•Menyebar (Dispersed) yaitu setiap titik berjauhan satu sama lain atau secara jarak tidak dekat secara bermakna
•Acak (Random) yaitu titik-titik muncul pada lokasi yang acak dan posisi satu titik dengan titik lainnya tidak saling terkait.

MENGAPA MENGGUNAKAN STATISTIK SPASIAL? 
Dari sudut pandang geografi suatu penyakit cenderung dibatasi secara geografis. Variasi spasial terbangun dari variasi fisik atau biologis yang mendukung pathogen, reservoir dan vector. Jika kondisi biotik dan abiotik ini dapat di delineasi pada peta dan keduanya dapat dipadukan secara bersamaan, maka dapat digunakan untuk mengetahui penyebab faktor resiko suatu penyakit dan memprediksi penyebarannya di masa yang akan datang (Pavlovsky, 1930). Sebagaimana First Law of Geography (Waldo R.Tobler, 1970) yang menyatakan bahwa "Everything is related to everything else, but near things are more related to each other” atau dapat diterjemahkan sebagai “segala sesuatu terkait satu sama lain, tetapi sesuatu yang berdekatan mempunyai keterkaitan yang lebih”. Sehingga dapat dijelaskan bahwa kejadian suatu penyakit terkait dengan kedekatannya terhadap kondisi geografis tertentu dari suatu wilayah misalnya keterkaitan penyakit dengan sungai, danau, kondisi vegetasi, perumahan, dll.

Apa yang terlihat secara visual pada peta tidak dapat dengan mudah dijelaskan secara kualitatif seperti bagaimana pola distribusinya?, Apa yang mempengaruhi distribusi tersebut?, Bagaimana trend distribusi tersebut dimasa datang?. Statistik Spasial dapat menggambarkan hal tersebut secara kuantitatif. Spasial statistik membantu kita dalam menilai pola, hubungan dan trend dari suatu distribusi.

Kelebihan lain dari statistik spasial menurut Scott & Warmerdam (2006) yaitu;
a) Diperolehnya pemahaman yang lebih baik mengenai fenomena goegrafis dari suatu kejadian;
b) Diketahuinya dengan tepat penyebab suatu kejadian berdasarkan pola geografis yang spesifik;
c) Disimpulkannya distribusi kejadian berdasarkan satuan data;
d) Diperolehnya keputusan yang lebih baik dengan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi.

Dalam peta tersebut di atas terlihat pola distribusi kasus TB yang terbentuk bersifat implisit. Kita tidak bisa mengatakan bahwa ada kelompok-kelompok kasus TB berdasarkan faktor risiko lingkungan dengan hanya melihat peta kasus TB di Kabupaten Bantul tersebut. Dibutuhkan analisa spasial, baik kualitatif maupun kuantitatif untuk mengetahui keterkaitan distribusi kasus TB dengan kondisi geografis di Kabupaten Bantul.

APA SAJA KEGUNAAN DAN METODE SPASIAL STATISTIK? 
 Scott (2008) mengatakan analisis statistik spasial memiliki tiga kegunaan yaitu:
1)A measure of what’s going on spatially (Pengukuran terhadap suatu distribusi secara keruangan)
2)Identifying characteristics of a distribution (Identifikasi karakteristik dari suatu distribusi)
3)Quantifying geographic pattern (Kuantifikasi pola geografis).

Hubungan spasial antara dua distribusi dapat digambarkan secara kuantitatif dengan penghitungan kedekatan jarak antar dua sebaran dengan beberapa metode sebagai berikut:
-Quadrant Count method -Kernel Density Estimation (Clustering)
-Nearest neighbor distance

TERDIRI DARI APA SAJA ANALISIS STATISTIK SPASIAL? 
Analisis statistik spasial berdasarkan tingkatannya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1.General Spatial Statistics Analysis (Analisis Statistik Spasial Umum)
2.Intermediate Spatial Statistics Analysis (Analisis Statistik Spasial Menengah)
3.Expert Spatial Statistics Analysis (Analisis Statistik Spasial Ahli)

Analisis Statistik Spasial Umum
Analisis Statistik Spasial Umum, sebagaimana halnya statistik non-spasial, memiliki fungsi deskripsi dasar seperti rerata (mean), median, mode dan standar deviasi untuk mendeskripsikan distribusi sebaran di permukaan bumi.
-Mean center merupakan pusat gravitasi sebaran kasus TB yaitu pada koordinat X: 430539.07 dan Y: 9137709.98. Sedangkan Median center pada koordinat X: 430511.56 dan Y: 9137708.27.
 -Pada gambar diatas ditunjukkan bahwa titik median center, mean center dan center of minimum distance terletak cukup berdekatan, ini dapat diartikan kasus TB adalah sebaran yang merata dan mengikuti kurva normal dengan skewness yang tidak terlalu besar
-Sudut rotasi standard deviasi elips sebesar 46.810 searah jarum jam dan luas elips sebesar 14.379.611,17m2. Convex hull menggambarkan luasan sebaran kasus TB yaitu seluas 32.299.432.93m2. -Standard deviational elips sebagai gambaran dari standar deviasi sebaran TB menunjukkan bahwa panjang sumbu X adalah 4855,24m dan sumbu Y adalah 3770,92, dengan ratio antara sumbu X dan sumbu Y adalah sebesar 1,2875.
-Arah sumbu standar deviasi elips yang muncul yaitu sebaran yang miring kearah tenggara - barat laut, mungkin dipengaruhi oleh bentuk administrasi Kota Yogyakarta

Fungsi Analisis Statistik Spasial Umum yang lainnya adalah:
-Density Estimation atau yang lebih tepat diistilahkan sebagai estimasi probability surface yaitu Estimasi Kerapatan pada tipologi titik, dengan menggunakan metode kernel. Setiap kernel mengestimasi tiap titik dalam sebuah grid yang ditumpangsusunkan pada pola persebaran titik
-Hot Spot Detection Analisis, metode yang digunakan adalah quadrant count, untuk mempresentasikan sebuah pengelompokan dengan membandingkan jumlah kejadian (ponit) dengan sebuah wilayah secara acak. Point dianalisis dengan dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai hirarki kepadatannya dengan menggunakan lebih dari sebuah lingkaran elips. Sebagai contoh berikut ini hot spot kasus TB di Kabupaten bantul
-Uji independensi atau Spatial autocorrelation, berguna untuk mengetahui apakah sebuah sebaran kasus memiliki pola tertentu atau sebaran yang acak. Uji independensi dilakukan untuk sebaran titik yaitu dengan membandingkan jarak tetangga antara sebaran (dNN) terdekat dengan jarak yang diharapkan (dran).

Analisis Statistik Spasial Menengah 
Salah satu fungsi Analisis Statistik Spasial Menengah yaitu Spatial relationship yang digunakan untuk mencari hubungan dua distribusi secara kuantitatif. Caranya dengan menguji kesamaan (similarity) antara dua sebaran. Jika dua distribusi menunjukkan persamaan pola, dapat diduga bahwa dua distribusi tersebut saling berhubungan, baik secara langsung atau tidak.
Adanya kesamaan diantara dua distribusi dapat mengindikasikan:
1) Sebuah distribusi menjadi penyebab distibusi lainnya;
2) Kedua distribusi memiliki penyebab yang sama

Analisis Statistik Spasial Ahli 
Yaitu Statistik Spasial untuk Aplikasi Pemodelan Spasial:
•Pada pemodelan spasial Indeks : berfungsi sebagai tools penentu batas kelas sebuah dan besar bobot pada sebuah parameter yang akan digunakan dalam model Indeks
•Pada pemodelan Regresi spasial : berfungsi sebagai alat proses pemodelan berdasarkan hubungan input dan output, seperti : Y = a+bx 
•Keuntungan model regresi adalah memiliki kemampuan prediksi secara langsung (dien)

Monday 19 March 2012

Jogja Kembali Bergoyang

Suasana sejuk dipagi menjelang siang hari ini tiba-tiba dikagetkan dengan goyangan gempa yang berkekuatan 4,2 skala Richter tepat pada pukul 09.20 WIB. Pusat gempa ada di sekitar 20 kilometer Tenggara Bantul dengan kedalaman 10 kilometer.

Umumnya pada saat gempa, warga sudah melakukan aktivitas sehari-hari. Akan tetapi goncangan sangat membuat warga Yogyakarta dan sekitarnya terkejut dan panik. Hingga saat ini belum ada informasi kerusakan yang ditimbulkan dengan gempa yang hanya sebentar tersebut.

Saturday 17 March 2012

Hasil Undian Babak Perempat Final Liga Champions 2011/2012

Pada hari Jumat (16/3/2012), kegiatan pengundian tim-tim yang telah lolos ke babak perempat final Liga Champions sudah dilakukan di Nyon, Swiss. Dari hasil undian, terdapat 1 partai besar yang akan mempertemukan kembali untuk ketiga kalinya pada musim ini antara AC Milan vs Barcelona. Sebelumnya AC Milan dan Barcelona sama-sama satu grup dibabak penyisihan.  

Hasil lainya Real Madrid akan diuji oleh tim kuda hitam APOEL Nicosia yang sebelumnya menyingkirkan Lyon. Bayer Munchen juga akan diuji oleh Olympique Marseille, Chelsea akan ditantang oleh Benfica. 

Untuk memuluskan jalan ke babak Final Liga Champions yang akan diselenggarakan di Allianz Arena, Muenchen, Jerman tanggal 19 Mei 2012 ini, tim-tim yang telah diundi akan saling sikut pada babak Perempat Final yang mana leg pertama akan dilaksanakan pada tanggal 27-28 Maret 2012, kemudian dilanjutkan leg kedua pada tanggal 3-4 April 2012. Kemudian setelah 4 tim lolos akan memasuki babak Semi Final yang mana leg pertama akan diselenggarakan pada tangal 17-18 April 2012 dan leg kedua akan diselenggarakan pada tanggal 25-25 April 2012. 

Berikut hasil lengkap undian Perempat Final Liga Champions 2011/2012 : 
Quarter Final 1 : APOEL vs Real Madrid 
Quarter Final 2 : Bayern Muenchen vs Marseille 
Quarter Final 3 : Chelsea vs Benfica 
Quarter Final 4 : AC Milan vs Barcelona 

Semi Final : 
Pemenang Quarter Final 1 vs Pemenang Quarter Final 2 
Pemenang Quarter Final 3 vs Pemenang Quarter Final 4

Thursday 15 March 2012

Hantam CSKA Moskow, Real Madrid Melaju Ke Semi Final

Real Madrid menyusul tim-tim lainnya yang telah terlebih dahulu lolos ke semi final Liga Champion 2011/2012, usai menghantam tamunya CSKA Moskow dengan skor telak 4-1 di Estadio Santiago Bernabéu 15-3-2012. Dengan demikian agregat secara keseluruhan 5-2 untuk keunggulan Read Madrid,dimana pada leg pertama berkesudahan dengan skor 1-1.

Tampil sejak wasit meniupkan peluit pertama, Real Madrid langsung mengambil inisiatif menyerang. Namun baru menit ke 26, Gonzalo Higuain mampu mencetak gol pembuka setelah memaksimalkan bola liar operan dari Kaka dari sisi kanan pertahanan CSKA Moskow. Gol tersebut adalah gol terakhir sampai babak pertama berakhir. Memasuki babak kedua, jual beli serangan terus dilancarkan baik Real Madrid maupun CSKA Moskow. Pada menit ke-55 Ronaldo akhirnya menambah keunggulan Real Madrid setelah tendangan kerasnya dari jarak jauh tidak dapat diantisipasi dengan baik oleh kiper CSKA Moskow,Chepchugov,bola liar langsung masuk ke gawang yang dikawalnya. 

CSKA Moskow sebenernya mempunya peluang untuk memperkecil margin gol, akan tetapi peluang yang didapat oleh penyerangnya, Doumbia, tidak dapat dimaksimalkan secara baik setelah berhasil mencuri bola dari Casillas, namun sayang tendangannya tidak mengarah ke gawang yang sudah kosong. Real Madrid tidak mengendurkan serangan,pada menit ke-70 Higuain digantikan oleh Benzema. Semenit setelah masuk ke lapangan, Benzema mampu membuktikan bahwa Mourinho tidak salah memasukkannya pada pertandingan ini,setelah mampu menambah skor menjadi 3-0 dengan memanfaatkan bola operan Mesut Ozil. 
Pada menit ke-77 CSKA Moskow mampu memperkecil skor setelah Zoran Tosic mampu memaksimalkan skema serangan balik yang diterapkan CSKA Moskow. Ini tidak terlepas terlambatnya bek Real Madrid, Pepe dan Arbeloa memblok tendangan keras Tosik. Iker Casilas tak mampu menghadang tendangan Tosik yang mengarah tepat disudut kanan gawang yang dikawalnya. 
Akhirnya pada masa injury time Real Madrid mampu menambah skor menjadi 4-1 lewat Ronaldo setelah memaksimalkan operan dari Benzema dari sisi kiri pertahanan CSKA Moskow. Dengan hasil agregat 5-2 ini, Real Madrid lolos ke babak semifinal dan sudah ditunggu oleh tim-tim kuat lainnya yang telah memastikan terlebih dahulu ke babak knock out tersebut.

Monday 5 March 2012

Model Alat Pengolahan Kadar Phosphat Limbah Cair Rumah Sakit Dengan Koagulasi, Flokulasi Dan Sedimentasi

Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan merupakan penghasil limbah medis dalam klasifikasi limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) dimana dari berbagai jenis limbah yang dihasilkan bersifat infeksius yang dapat berpotensi membahayakan dan menimbulkan permasalahan baru pada kesehatan, baik yang berada didalam maupun diluar lingkungan rumah sakit.
Banyak rumah sakit yang sudah mempunyai IPLC (Instalasi Pengolahan Limbah Cair) namun hasil pengolahan limbah cair akhir (Outlet) masih ada beberapa parameter yang berada diatas baku mutu yang berlaku, seperti phospat (PO4). Oleh karena perlu pengembangan model dan teknologi untuk menurunkan kadar PO4 dalam limbah cair rumah sakit agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Untuk menangani permasalahan ini, model alat pengolahan kadar phosphate limbah cair rumah sakit dengan koagulasi, flokulasi dan sedimentasi dapat diterapkan sehingga limbah cair hasil pengolahan memenuhi baku mutu.  

Spesifikasi:
1.      Bak Contoh uji/equalisasi volume 92,4 L : kaca ukuran P=55 cm L= 28 cm T= 60 cm
2.      Bak inlet (asli) volume 80 L                      : kaca ukuran P=40 cm L= 40 cm T= 50 cm
3.      Bak koagulan 2 buah volume 2,88 L        : kaca ukuran P=12 cm L= 12 cm T= 20 cm
4.      Bak Pencampur     volume 8,0 L              : kaca ukuran P=20 cm L= 20 cm T= 20 cm
5.      Bak Sedimentasi volume 58,32 L             : kaca ukuran P=36 cm L= 36 cm T= 45 cm
6.      Bak filtrasi volume 35 L berisi zeolit          : kaca ukuran P=40 cm L= 36 cm T= 45 cm
7.      Bak akhir (outlet)  volume 30,45 L           : kaca ukuran P=42 cm L= 25 cm T= 29 cm
8.      Bak Pengering lumpur volume 19,5 L       : kaca ukuran P=30 cm L= 25 cm T= 26 cm
9.      Alas                                                         : triplek 12 mm
10.  Kerangka                                                 : besi ukuran 4 x 4 cm
11.  Mixer modifikasi                                       : daya 12 watt, kecepatan 20 Rpm, adaptor
  travo5 A,  AC 220 Volt, DC 3-12 Volt
12.  Pompa air                                                  : Daya 110 W, 110/220 V, Freq 50/60 Hz, Life
  Head 4,2M out put 4500 L/H
13.  Kran Air                                                    : ½ ” 

Cara Kerja
1.      Rangkai semua bak pada rangka sehingga siap untuk pengolahan.
2.      Tampung limbah cair rumah sakit dalam bak equalisasi.
3.      Pompa ke bak inlet (asli) dan dialirkan ke dalam bak pencampur dengan debit 100 ml/menit.
4.      Bahan koagulan kapur (CaO) 4 % dengan debit 20 ml/menit dan tawas (Al2SO4) 4 % dengan debit 37,5 ml/menit dialirkan secara bersamaan ke dalam bak pencampur dan diaduk menggunakan mixer dengan kecepatan 20 RPM.
5.      Dari bak pencampur, limbah cair dialirkan dalam bak sedimentasi dan mengalami pengendapan.
6.      Efluent dari bak sedimentasi mengalir ke bak filtrasi berisi zeolit.
7.      Filtrat hasil saringan zeolit mengalir ke bak akhir (outlet)
8.      Endapan pada bak pengendap dialirkan ke bak pengering lumpur
9.      Cara Pemeliharaan
10.  Cek kran-kran secara rutin agar tidak terjadi penyumbatan.
11.  Cek pompa secara rutin untuk menghindari kemacetan pompa.
12.  Cek mixer secara rutin agar kecepatannya tetap 20 RPM. 
13.  Pengaliran endapan dari bak pengendap harus rutin agar waktu tinggal di bak pengendap terpenuhi.
14.  Pembersihan terhadap zeolit dilakukan apabila aliran sudah mulai pelan.

Efektifitas
Model alat ini di uji coba pada 3 rumah sakit terbukti mampu mengurangi kadar phosphat dengan efisiensi 88%.
(Tim PPTTG BBTKL PPM Yk)